"Surga yg Tercecer" Kawah Putih, Ciwidey, Bandung
Kawah Putih - Negeri di Awan: Entah daya tarik apa yg membuat banyak orang kembali ke Kawah Putih Gunung Patuha, Ciwidey, dengan ketinggian 2300 meter dari permukaan laut. Yang jelas dataran tinggi Bandung Selatan ini cantik.
Bila ingin mengunjungi tempat wisata tersebut sebaiknya berangkatlah sepagi mungkin, sekitar jam 5 subuh dari Jakarta, bisa melalui tol Cipularang, keluarlah di Kopo, ketemu pertigaan belok kanan, ikuti jalan terus berkilo-kilo, Anda akan dimanjakan dengan perkebunan strawberry di sepanjang jalan yang relatif kecil, sekitar 2 jalur saja.
Setelah itu Anda akan melalui lereng bukit dengan jurang di sebelahnya, hingga ketemu tanda "Gunung Patuha".
Jangan berharap Anda akan langsung menemukan "surga" tersebut karena Anda masih akan melalui jalan offroad berlumpur bila hujan secara mendaki. Untuk yang membawa mobil sendiri saya sarankan selalu menggunakan gigi 1 karena jalannya sangat menanjak.
Setelah tiba di ujung rute, lapangan terbuka sudah menanti kehadiran mobil Anda untuk parkir. Banyak kios yang menjajakan buah segar strawberi, jagung bakar, bandrek, yang menanti pembeli, sebelum memasuki tempat wisata tersebut. Untuk menuju kawah tersebut, akan melewati jembatan kayu yang cukup aman. Setelah itu sampailah kita di tepi kawah dengan pasir putihnya yang tandus.
Begitu banyak inspirasi sudut2 gambar lahir dari bidikan kamera di kawah putih yang angker dan berwibawa ini. Mampu membuat nuansa tersendiri yang tidak akan Anda dapati di tempat lain. Kabut putih sewaktu-waktu bisa turun tiba-tiba dalam hitungan menit membuat pandangan kita terhalang. Ditambah lagi suhu dingin yang menusuk tulang.
Saat seorang pengembara Belanda bernama Junghun datang di abad 19, penduduk sekitar menyebutnya sebagai tempat dimana arwah para leluhur bersemayam, yg tidak seorangpun berada disana tanpa meregang nyawa, yang burung pun enggan terbang diatasnya. Pendapat tsb tidak sepenuhnya salah. Benar bahwa Kawah Putih Gunung Patuha itu berwibawa, karena ketinggiannya dan kesunyiannya. Benar, bahwa Kawah putih itu angker, Aroma belerang sangat kuat terasa di sana karena kawah yang dahulu aktif masih menyisakan kandungan fumarol belerang pekat yang harus diperhitungkan pada saat angin berhenti berputar. Selebihnya Kawah Putih itu adalah tempat dimana titisan surga pernah diturunkan ke bumi, begitu anggun, tenang, menghanyutkan. Bulan Juli Agustus temperature bisa turun serendah 10oC pada siang hari dan 5oC pada malam hari. Semilir angin membawa pergi kabut pekat uap belerang menjauh.
Selain itu ada juga tambang bekas dari era penjajahan Jepang yang sudah tidak dipakai. Sebaiknya berhati-hati karena kemungkinan ancaman longsor dan bau belerang yang bisa membuat Anda pusing.
Sambil berdiri di tepi kawah, teriaklah kuat-kuat; konon akan diteruskan echo-nya oleh dinding-dinding padas ke surga. Berkeliling kawah pada saat musim kemarau cukup mudah dilakukan; mencari-cari sudut-sudut pandang terlupakan yang barangkali tercecer dari surga. Pengunjung tak akan betah berlama-lama diterpa dinginnya angin gunung yang menyelinap ke tulang sumsum.
Seruput bandrek di sebuah warung di tempat parkir mampu memberikan rasa hangat di tenggorokan yang kering. Suasana keheningan di tempat itu akan membawa suasana rileks. Resonansi batin anda dengan alam sekitar mampu mengisi batere kehidupan terisi kembali.